Oleh : Alfisyah Diansari
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin uji klinis perdana bagi Vaksin Merah Putih. Masyarakat pun mengapresiasi upaya pengembangan Vaksin Merah Putih yang seratus persen karya Anak Bangsa.
Sudahkah Anda divaksin sampai dua kali dan menunggu giliran suntik booster? Saat ini sudah ada vaksin-vaksin yang beredar di Indonesia yang digunakan pada program vaksinasi nasional, yakni keluaran Sinovc, AstraZaneca, dll.
Vaksin-vaksin ini didapatkan dari luar negeri karena pada awal pandemi Indonesia belum memiliki vaksin buatan sendiri. Akan tetapi tahun 2022 ini kita bangga karena sudah ada Vaksin Merah Putih made in Indonesia.
Kepala BPOM (badan pengawas obat dan makanan) Penny Lukito menyatakan bahwa hasil uji praklinik Vaksin Merah Putih berjalan dengan baik. Uji praklinik tersebut berdasarkan imunogenisitas dan keamanan. Dalam artian, Vaksin Merah Putih udah terbukti aman dan tidak usah diragukan lagi efektivitasnya, karena tidak kalah dengan merek lain yang buatan luar negeri.
Penny menambahkan, Vaksin Merah Putih rencananya akan disuntikkan pada pertengahan tahun 2022, karena menunggu izin resminya. Dalam artian, nanti masyarakat yang belum divaksin, kemungkinan besar akan mendapatkan vaksin jenis ini. Mereka tidak usah pilih-pilih karena Vaksin Merah Putih sama efektifnya dalam meningkatkan kekebalan tubuh untuk merangi corona.
Jika Vaksin Merah Putih terbukti aman dan berkhasiat maka akan mensukseskan program vaksinasi nasional. Penyebabnya karena distribusi vaksin makin cepat. Tidak usah menunggu kedatangan container berisi ampul-ampul vaksin dari luar negeri. Akan tetapi langsung saja disitribusikan dari pabrik vaksin di Indonesia lalu disebarkan ke seluruh Indonesia.
Jika distribusi vaksin lebih cepat maka akan mempercepat pula selesainya program vaksinasi nasional. Target pemerintah pada program ini adalah maksimal 18 bulan setelah maret 2021. Saat distribusi lancar maka kita optimis target akan tercapai dan cakupan vaksinasi makin meluas.
Cakupan vaksinasi memang harus diperbesar karena per Januari 2022 baru 124 juta penduduk yang sudah divaksin sampai 2 kali (menurut data dari Tim Satgas Penanganan Covid-19). Berarti nyaris 50% WNI sudah divaksin. Jika dihitung maka baru pada awal tahun depan program vaksinasi selesai, sehingga tidak memenuhi target pemerintah.
Percepatan vaksin memang harus ditekan karena saat pandemi kita berburu dengan waktu. Pertama, ganasnya omicron sudah memakan korban jiwa dan virus covid-19 varian terbaru ini menyebar 70 kali lebih cepat daripada varian delta. Jika makin banyak yang divaksin tentu tubuhnya kebal, sehingga tidak mudah tertular omicron, tentu dengan syarat berdisiplin protokol kesehatan 10M.
Kedua, herd immunity memang harus lekas terbentuk, dan syarat kekebalan komunal ketika minimal 75% penduduk dalam satu wilayah sudah divaksin. Saat ini syarat tersebut belum tercapai sehingga masa pandemi dinyatakan belum usai. Padahal kekebalan ini dibutuhkan karena bisa menekan angka penularan corona.
Makin kecil angka penularan corona makin bagus karena tak hanya berpengaruh pada bidang kesehatan, tetapi juga pariwisata, ekonomi, dll. Sehingga Indonesia bisa bangkit dari badai covid dan pelan-pelan pulih dalam hal finansial. Oleh karena itu Vaksin Merah Putih menjadi penyelamat karena bisa mempercepat vaksinasi dan membentuk kekebalan kelompok.
Saat Vaksin Merah Putih dinyatakan aman dan berkhasiat maka kita lega karena vaksin buatan Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan buatan luar negeri. Dengan begitu maka persediaan vaksin aman dan distribusinya lebih cepat, sehingga mempercepat pula program vaksinasi nasional dan terbentuknya herd immunity.
)* Penulis adalah Kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini