Paimin, pria yang dulu sempat terjerumus dalam jaringan terorisme setelah terdoktrin dari mengikuti pengajian yang radikal, kini dia hidup tentram bersama istri dan 4 orang anak di kampung halamannya Desa Maron, Kelurahan Karanganyar, Sambung Macan, Sragen, Jawa Tengah dan memiliki usaha peternakan ikan.
“Alhamdulillah sekarang saya bisa kembali menjadi rakyat dan Alhamdulillah juga saya di support oleh masyarakat sekitar kanan kiri (rumah) saya, sampai saya bisa jalankan satu wadah kelompok Peduli Lingkungan Sekitar (PLS) yang kini sudah berjalan empat bulan sukses dan sekarang sudah pada tahapan dinas setempat mau masuk untuk ikut bantu saya,” ujarnya.
Ditanya soal harapan kedepannya, Paimin menerangkan bahwa dirinya igin kegiatan binaannya semakin maju dan bisa membantu sektor perekonomian di lingkungan tempat tinggalnya. Contoh eks Napiter lain yang juga sudah berangsur mendulang kesuksesan adalah Priyatmo alias Mamo yang merupakan mantan narapidana atas kasus kepemilikan senjata yang diselundupkan dari Filipina ke Indonesia melalui Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Timur, pada 2011 guna mempersenjatai tentara teroris di Indonesia kala itu.
Setelah BIN dengan ketulusan dan kesabaran dalam melaksanakan pembinaan tersebut, kini Priyatmo telah memiliki usaha sendiri melalui program Pop Warung dan berbagai usaha lainnya yang berlokasi di Jenawi, Karanganyar.Ada pula Ustadz Slamet yang kini dipercaya menjabat sebagai mudir dari Pondok Pesantren Baitul Salam.
Keberhasilan para eks Napiter diatas dalam membuka kembali lembaran baru kehidupannya sebagai masyarakat yang lebih baik, hanya beberapa contoh saja dari seluruh keberhasilan program pembinaan yang telah dilakukan BIN. Sebagaimana yang pernah di tegaskan oleh Wawan Hari Purwanto, bahwa para eks Napiter seharusnya tidak dikucilkan, bila tidak di rangkul dan di bimbing maka akan sangat berpotensi kembali ke kelompok jaringan teroris.