Menu

Mode Gelap
Hasil Pengundian KPU Banten, Airin-Ade Nomor Urut Satu, Andra-Dimyati Nomor Urut Dua Nanang Saefudin Dilantik Jadi Pj Wali Kota Serang Bandung Raya Diguncang Gempa Bumi 5.0  Pasangan Andra dan Dimyati Daftar ke KPU Banten Syafrudin-Heriyanto Daftar Ke KPU Kota Serang 

Politik · 25 Mar 2023 12:51 WIB ·

Mewujudkan Pemilu Damai dan Menolak Politisasi Agama


 Mewujudkan Pemilu Damai dan Menolak Politisasi Agama Perbesar

Oleh : Haikal Fathan Akbar

Wujudkan Pemilu damai, penolakan terhadap politisasi agama merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan seluruh elemen masyarakat.

BACA JUGA   Empat Bakal Pasangan Calon Pilkada Kota Cilegon Jalani Test Swab

Adanya pesta demokrasi di Indonesia dengan penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) secara serentak yang akan segera dilangsungkan pada tahun 2024 mendatang memang sudah mulai ditabuhkan dengan dimulainya seluruh proses tahapan Pemilu 2024 bahkan sejak tanggal 14 Juni 2022 lalu.

Pemilu sendiri merupakan sebuah instrumen sekaligus bentuk wujud nyata dari diberlakukannya sistem demokrasi di Indonesia. Pasalnya, memang tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa ini merupakan sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi.

BACA JUGA   Rano Alfath Ajak Warga Kembangkan UMKM

Awal mula tercetusnya hal tersebut berasal dari para pendiri bangsa, salah satunya adalah pemikiran Bung Hatta, yang mana beliau merupakan sosok proklamator bangsa ini. Beliau menyatakan bahwa demokrasi yang dianut oleh Indonesia sama sekali berbeda dengan sistem demokrasi yang dianut oleh sistem di model negara Barat.

Bagaimana tidak, lantaran kedaulatan rakyat di negara Barat memang hanya terjadi dalam ranah politik saja, sedangkan jika dibandingkan di Indonesia, kedaulatan rakyat sendiri juga mencakup pada bidang sosial serta ekonomi.

BACA JUGA   Kepengurusan Periode 2023-2024 Dilantik, Lapmi Cabang Serang Dituntut Jadi Lembaga Strategis Bagi Eksistensi HMI 

Pembedaan ini dipandang perlu oleh Hatta, sebab demokrasi di Barat dilakukan dalam rangka individualisme, sementara kehidupan ekonomi dikuasai oleh kaum kapitalis yang masih tergolong minoritas. Sebaliknya, demokrasi Indonesia dibangun dari dalam kehidupan sehari-hari di pedesaan yang sangat menekankan musyawarah dan mufakat, hak-hak rakyat, cita-cita tolong menolong.

BACA JUGA   Indonesia Bisa Menjadi Episentrum Ekonomi ASEAN

Dalam kurun waktu yang memang sebentar lagi bahwa Indonesia akan segera melangsungkan pesta demokrasi Pemilu pada tahun 2024 mendatang, maka hal tersebut memang harus bisa diwujudkan dengan sangat baik.

Merujuk dari bagaimana pengalaman penting tatkala berlangsungnya Pemilu pada tahun 2019 silam, telah banyak sekali pelajaran penting mengenai betapa rentannya masyarakat di Indonesia pada adanya ayunan politisasi yang bahkan juga dengan sengaja dimainkan oleh poros-poros kekuasaan di negeri ini.

BACA JUGA   Menolak Perpanjangan Masa Jabatan Presiden

Kenyataan tersebut juga diperparah dengan bagaimana perkembangan dan kemelesatan arus informasi pada dunia yang serba digital dan canggih seperti sekarang ini. Terkait hal itu, Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Tutus Warsito mengemukakan bahwa adanya polemik yang terjadi pada Pemilu 2019 dikarenakan banyak hal yang saling berkaitan.

BACA JUGA   Ini Cara Melacak Posisi Seseorang Dengan Mudah dan Cepat, Bisa Lacak Pacar!

Salah satunya adalah adanya kerapuhan akan budaya baru dalam praktik berkomunikasi yang memang sampai saat ini masih belum terbangun. Di satu sisi justru ada kuatnya energi kepentingan yang bekerja di balik perkubuan politik menjadikan adanya 3 (tiga) rangkaian pemilu justru menjadi sangat rawan akan adanya politik identitas di Tanah Air.

BACA JUGA   7 Kali Erupsi Gunung Api Semeru Dalam Beberapa Tahun Terakhir 

Tutus Warsito menyinggung, pilihan elit menggunakan politisasi identitas sebagai sarana mobilisasi politik yang menerjang hampir semua norma kesantunan sosial di masyarakat.

Dengan masih terjadinya praktik politisasi agama, maka menurut akademisi tersebut setidaknya memang terdapat 4 (empat) hal yang menunjukkan betapa tingginya pragmatisme yang dimiliki oleh para elit politik di Indonesia.

BACA JUGA   Des Ganjar Banten Nilai Ganjar Cocok Meneruskan Presiden Joko Widodo

Kemudian hal kedua adalah sangat rendahnya etika politik di Tanah Air, ketiga, masih lebihnya daya kritis dari publik sehingga dengan sangat mudah dimanipulasi akan adanya politik identitas dan yang keempat adalah lemahnya kepercayaan sosial, nilai hidup bersama dan konsolidasi sosial antar warga negara.

BACA JUGA   Ini Skuad Timnas Jepang Piala Dunia 2022 Qatar, Banyak Berikan Kejutan

Sementara itu, Mantan Rektor Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta, Prof. Cungki Kusdijarto mengungkapkan bahwa pada Pemilu 2024 mendatang, yang merupakan pesta demokrasi keenam pasca Reformasi, ternyata terus dihadapkan pada tantangan yang sama, yakni adanya potensi politik identitas dan juga politisasi agama.

BACA JUGA   Capres Ganjar Pranowo Safari Politik di Banten

Menurutnya, jika ditelusuri, memang sentimen politik identitas, manipulasi informasi melalui hoaks, politisasi tempat ibadah dan lembaga publik hingga adanya kekerasan disik masih saja terjadi. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa berbagai ancaman tersebut memang nyata terlebih dengan semakin tersebarnya hoaks di era kecanggihan teknologi informasi.

BACA JUGA   Waspada Klaster Perkantoran, Pilkada dan Keluarga

Banyaknya ancaman yang terjadi, menurut Prof. Cungki ternyata bisa saja dilawan. Adanya politik identitas tersebut ternyata tidak akan berdaya apabila harus menghadapi publik yang memang resiliens terhadapnya. Sehingga sangat perlu dicari model dan cara untuk membangun sebuah masyarakat yang resiliens terhadap manipulasi dan politisasi identitas.

BACA JUGA   Wabup Serang Dorong Tingkatkan Dana Insentif Kader Pos KB Desa

Beberapa diantaranya yakni adanya jaminan pelindungan akan hak-hak dasar warga negara, khususnya mengenai kebebasan beragama, kemudian semua pihak harus kembali berpolitik dengan etis. Masyarakat pun turut mendukung upaya KPU, Bawaslu Pemerintah dan aparat keamanan untuk bisa mewujudkan Pemilu yang demokratis dan menjunjung Pancasila.

BACA JUGA   Dinas PUPR Banten Penanganan Bahu Jalan Parigi-Sukamanah, Kendaraan Lebih Nyaman

Politisasi akan identitas, yang mana meliputi adanya Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) memang harus bisa ditolak dengan tegas oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya Indonesia sendiri memang memiliki keberagaman yang sangat banyak, sehingga akan sangat rentan apabila hal-hal mengenai identitas justru dimanfaatkan sebagai senjata politik. Maka dari itu, seluruh elemen masyarakat harus turut serta dalam mewujudkan Pemilu damai. (*)

*) Penulis adalah Kontributor Vimedia Pratama Institute

Artikel ini telah dibaca 102 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ade Sumardi Serukan Kader PDI Perjuangan Jangan Takut Menangkan Pilgub Banten

28 September 2024 - 18:50 WIB

Cawagub Banten, Ade Sumardi Janji Realisasikan Pertanian Terpadu

27 September 2024 - 18:30 WIB

Hasil Pengundian KPU Banten, Airin-Ade Nomor Urut Satu, Andra-Dimyati Nomor Urut Dua

23 September 2024 - 18:34 WIB

KPU Banten Tetapkan DPT Pilkada 2024 Sebanyak 8.926.662 Jiwa

22 September 2024 - 18:37 WIB

KPU Kota Serang Tetapkan Tiga Paslon untuk Pilkada 2024

22 September 2024 - 16:53 WIB

Bawaslu Banten Resmi Buka Rekrutmen 17.226 Pengawas TPS Pemilihan 2024

12 September 2024 - 18:58 WIB

Trending di Banten Politika