Menu

Mode Gelap
Presiden Prabowo Subianto Lantik Penasehat Khusus, Utusan Khusus dan Staf Khusus Presiden Presiden Prabowo Lantik Wakil Menteri Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto Lantik Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo Subaianto-Gibran Rakabuming Raka Resmi Jabat Presiden dan Wakil Presiden RI Hasil Pengundian KPU Banten, Airin-Ade Nomor Urut Satu, Andra-Dimyati Nomor Urut Dua

Ekonomi · 22 Mei 2022 15:32 WIB ·

Meningkatkan Investasi Nasional


 Meningkatkan Investasi Nasional Perbesar

Oleh : David Hutapea

Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) telah menaikkan outlook Indonesia menjadi stabil. Lembaga pemeringkat ini juga mempertahankan peringkat utang Indonesia pada level BBB (investment grade). Perbaikan peringkat tersebut diharapkan dapat meningkatkan investasi nasional.

Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, S&P menaikkan outlook Indonesia karena kondisi makro dan fiskal Indonesia yang mulai membaik. Hal ini terlihat dari adanya pemulihan ekonomi domestik yang terus berlanjut, meskipun sempat terhalang karena merebaknya Covid-19 varian Omicron.

Irman menuturkan, pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut meski merebaknya Corona varian omicron. Namun pulihnya lebih cepat dan dampaknya lebih minim dibanding varian sebelumnya. Kondisi fiskal juga baik, terlihat di tengah komoditas naik, penerimaan negara juga membaik memberikan ruang untuk fiskal defisitnya kembali ke bawah 3% pada 2023.

Menurut Irman, dampak kenaikan outlook Indonesia ini akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri investor global kepada Indonesia. Terutama untuk investasi langsung atau foreign direct investement (FDI) dan investasi portofolio ke pasar keuangan domestik.

Dirinya menyebutkan bahwa arus FDI di kuartal I 2022 sangat baik. Dengan adanya peningkatan outlook ini, seharusnya investor global akan semakin percaya dan optimis terhadap ekonomi Indonesia. Sementara itu dari investasi portofolio, kenaikan outlook Indonesia ini positif untuk investor global yang telah memasukkan dananya untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Pada kesempatan berbeda, Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, kenaikan outlook rating Indonesia dari negatif menjadi stabil oleh S&P didorong oleh beberapa faktor. Faktor utamanya adalah adanya kenaikan harga komoditas yang mendukung kondisi keseimbangan eksternal Indonesia. Hal ini terefleksi oleh transaksi berjalan Indonesia yang tercatat surplus pada kuartal III-2021 dan kuartal IV-2021.

BACA JUGA   Abuya Uci dan Gaya Ceramah; Sebuah Catatan

Selain dari sisi eksternal yang seimbang, S&P juga mempertimbangkan peningkatan aktivitas ekonomi Indonesia dan juga penerapan konsolidasi fiskal oleh pemerintah sebagai bagian dari exit strategy pasca pandemi Covid-19.

Defisit APBN yang cenderung mengecil, mengindikasikan pengelolaan keuangan negara yang sangat pruden dan bahkan dalam pagu indikatif APBN 2023, defisit fiskal diperkirakan akan kembali ke kondisi normal yakni 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal tersebut juga berimplikasi bahwa kondisi utang pemerintah pun cenderung menurun yang selanjutnya menunjukkan keberlanjutan utang yang terus membaik. Josua juga menilai, perubahan outlook ini akan mampu mendukung stabilitas rupiah dan pergerakan yield di pasar keuangan.

Akan tetapi, seiring dengan masih terafirmasinya peringkat rating Indonesia, dampak kenaikan outlook rating terhadap rupiah dan obligasi cenderung bersifat jangka pendek. Ke depannya, apabila kondisi utang Indonesia semakin membaik, bisa jadi outlook tersebut akan berubah menjadi positif di mana hal ini berpotensi menaikkan rating Indonesia secara umum.

Indonesia juga berupaya dalam mempermudah para calon investor untuk mengerti mengenai sektor potensial untuk berinvestasi di Indonesia, penyusunan peta proyek strategis peluang investasi ini juga akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Semakin banyak investor yang berinvestasi di Indonesia, maka Indonesia dapat membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, mengembangkan perekonomian daerah dan meningkatkan devisa negara.

Stabilisasi makroekonomi Indonesia juga kian terjaga, di mana tingkat inflasi rendah yaitu 1,75 % pada bulan November 2021. Harapannya jika pemerintah fokus terhadap upaya stabilisasi politik, keamanan dan perekonomian, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan mendapatkan predikat sebagai 50 besar negara layak investasi, dimana sebelumnya pada tahun 2017 Indonesia masih berada di posisi 91.

BACA JUGA   Perluasan Investasi Asing

Indonesia dinilai tetap menarik bagi investor karena adanya keberlanjutan fokus kebijakan pemerintah dalam ekonomi dan pembangunan. Agar lebih baik lagi, pemerintah tetap perlu membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menarik investor, seperti insentif pajak serta riset dan vokasi.

Dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan industri modern yang berkembang saat ini. Stabilitas ini tentu saja harus dijaga agar investasi di Indonesia semakin meningkat dan menguat, sehingga lapangan kerja juga akan bertambah.

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kanwil DJP Banten Kukuhkan 704 Relawan Pajak Untuk Negeri

22 Januari 2025 - 17:27 WIB

Tingkatkan Daya Saing UMKM, Kantor Pajak Serang Adakan BDS

14 November 2024 - 17:20 WIB

Badan Penerimaan Negara, Asa yang Tertunda?

2 November 2024 - 17:21 WIB

Gelar Business Development Services, Pajak Tigaraksa Gandeng UMKM Lokal

18 Oktober 2024 - 18:29 WIB

Dorong Penerimaan Pajak, Kanwil Pajak Banten Gelar Forum Konsultasi Publik dan Apresiasi Stakeholder

16 Oktober 2024 - 18:36 WIB

Mahasiswa FEB Untirta Belajar Strategi Sukses di Dunia Kerja Perpajakan

10 Oktober 2024 - 21:41 WIB

Trending di Ekonomi