Oleh: Kusnul Ciptanila Yuni
“A true marriage is a marriage that empowers and humanizes you to be a better human being”.
Pernikahan bagi perempuan merupakan suatu pencapaian yang besar, apalagi menikah dengan laki-laki yang disayangi. Baginya (perempuan) menikah adalah akhir sementara bagi laki-laki menikah adalah awal mula kehidupan yang sesungguhnya.
Menjadi istri adalah tujuan mulia seorang perempuan apalagi ketika menjadi ibu dan menjadi suami merupakan tanggung jawab besar seorang lak-laki. Awal mula pernikahan memang hanya akan ada canda dan tawa.
Dia orang pertama yang dilihat ketika bangun dan orang terakhir yang dipandang sebelum akhirnya terlelap. Di tengah hari akan diisi dengan pesan singkat “Jangan lupa makan siang” dan di keramaian pun sudah tak canggung memanggil dengan sebutan kesayangan.
BACA JUGA : Menteri PAN-RB Larang ASN Mudik Gunakan Kendaraan Dinas
Pernikahan merupakan salah satu hal yang sering dijadikan perdebatan. Ada yang bilang pernikahan merupakan sebuah pencapaian, ada juga yang berpendapat bahwa menikah itu bukan pencapaian. Saya sendiri sebenarnya lebih setuju dengan yang mengatakan bahwa pernikahan bukanlah pencapaian. Tapi di waktu yang sama, saya juga tidak menyalahkan mereka yang menganggap pernikahan sebagai sebuah pencapaian.
Meskipun saya sendiri lebih sepakat dengan yang menganggap kalau pernikahan itu bukan pencapaian, saya bisa paham jika ada yang menganggap pernikahan sebagai pencapaian. Memang benar, ada saatnya menikah itu jadi pencapaian.
Kapankah itu? menikah akan jadi pencapaian jika sebelumnya kita adalah seorang yang susah untuk menjaga komitmen, sudah sangat lama menunggu, dan sering gagal menjaga hubungan dan kepercayaan dengan orang lain.
Jika kita adalah orang yang seperti itu sebelumnya, tentu kita akan menganggap pernikahan sebagai sebuah pencapaian. Karena pernikahan adalah wujud sebuah komitmen dan kepercayaan antara dua insan.