Oleh : Fauzan Dardiri
Pemerintah pada 13 April 2021 menetapkan 1 Ramadhan 1442 sebagai awal Ramadhan. Semua bersuka cita menyambut bulan penuh berkah. Bulan dimana waktu yang tepat menempa diri memperbanyak atau meningkatkan ibadah kepada sang penguasa alam semesta.
Pandemi Covid-19 membuat semua umat menderita, tak nyaman. Pemerintah, berupaya mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada metode melakukan penekanan agar masyarakat terhindar dari wabah. Berhasil kah?
Tentu banyak hal, yang harus diukur untuk mencapai titik penilaian tersebut. Mulai dari seberapa banyak jumlah masyarakat terpapar positif, meninggal, bahkan sampai berapa persen masyarakat yang telah menerima dosis vaksin.
Barapa banyak masyarakat menerapkan protokol kesehatan (Prokes) dalam melaksanakan aktivitas keseharian. Mulai, dari rumah, lingkungan kerja, masyarakat dan tata cara peribadatan.
Terlalu, naif memang, kalau kita semua semata-mata menuntut pemerintah bekerja kerja maksimal. Tapi, kita terlena beraktivitas tanpa protokol kesehatan. Ibarat meunang air di ember yang belah. Terus diisi tapi, terus mengalir.
Menjalankan ibadah puasa Ramadhan ibarat kita sedang berada dalam karantina suci. Dimana, sedang pada fase meng-upgrade diri. Ibarat tengah memperbaharui layanan aplikasi pada gawai.
Puasa Ramadhan seyogyanya mendorong ketaqwaan meningkat. Setelah melewati proses karantina suci. Hasilnya, baik atau buruk tergantung pribadi-pribadi yang menjalankan.
Hal ini, pernah dijelaskan Nabi Muhammad SAW saat merespon umat di tengah puasa Ramadhan. “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga,”
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.
*) Penulis adalah Founder Amis Jambu Syndrome