Menu

Mode Gelap
Kemeriahan Puncak Dies Natalis UPG ke-3, Dihadiri Artis hingga Pejabat Daerah  Politikus Gerindra Desmond J Mahesa Meninggal Dunia MK Tetapkan Pemilu 2024 Pakai Sistem Proporsional Terbuka, Waspadai Politik Uang  Pembangunan Tahap II Masjid Agung Ats Tsauroh Ditarget Rampung 2023 Capres Ganjar Pranowo Safari Politik di Banten

Opini · 20 Agu 2020 03:59 WIB ·

Jurnalisme Daster Melorot


 Jurnalisme Daster Melorot Perbesar

Oleh: Tofan Mahdi *)

Semakin hari, saya semakin prihatin dengan kualitas produk jurnalistik dari pers Indonesia. Bukannya membangun fondasi untuk melawan arus besar informasi sosial media yang tidak tentu arah, dunia pers seperti terseret arus informasi di sosial media. 

Padahal sosial media dan pers adalah dua entitas yang sama sekali berbeda. Sosial media  adalah platform komunikasi yang bebas dan cenderung tanpa kontrol. Sedangkan pers terikat dengan UU Pers, Kode Etik Wartawan Indonesia, dan pedomannya merujuk pada arahan Dewan Pers. 

Kebebasan pers berbeda dengan kebebasan komunikasi dan informasi di sosial media. Kebebasan pers adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Pers memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan informasi yang objektif, edukatif, dan menjadi sarana kontrol sosial. 

Sebuah produk jurnalistik boleh saja menghibur tetapi tetap berperdoman pada kode etik jurnalistik dan juga patut dipertimbangkan apakah sebuah informasi yang dibagikan memberikan manfaat kepada pembacanya. Sebuah produk jurnalistik juga harus bebas dari unsur SARA, terorisme, ujaran kebencian, dan konten berbau pornografi. 

Sementara itu, meskipun platform sosial media yang berbasis teknologi digital juga dibatasi dalam koridor seperti diatur dalam UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), produk informasi di sosial media lebih bebas dan tanpa kontrol. Jika sebuah produk jurnalistik kontrolnya adalah pada tim redaksi media yang bersangkutan, yang menjadi kontrol dan filter dari sebuah produk informasi di sosial media adalah audience

Dalam konteks sosial media, pertanyaan besarnya adalah, apakah audience yang beragam baik dari sisi usia dan tingkat pendidikan itu bisa melakukan self control atas sebuah produk informasi di sosial media? Saya yakin tidak. Dan hasilnya seperti yang bisa kita lihat dalam dinamika sosial media di Indonesia saat ini.

BACA JUGA   PPID, Jantungnya KPU untuk Sukseskan Pemilu 2024
Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Menstabilkan Harga Beras Ditengah Tingginya Inflasi

4 Oktober 2023 - 10:34 WIB

Mencegah Radikalisme dan Perpecahan Masyarakat Menjelang Pemilu 2024

30 September 2023 - 16:35 WIB

Jelang Pemilu 2024, ASN Diimbau Jaga Netralitas dan Bijak Bermedsos

29 September 2023 - 12:51 WIB

Pendekatan Persuasif Kepada Masyarakat Terdampak Rempang Eco-City

29 September 2023 - 12:48 WIB

Memprioritaskan Pembangunan Infrastruktur di Papua

27 September 2023 - 21:05 WIB

Penyaluran Bantuan Beras dan Pengendalian Inflasi

22 September 2023 - 22:20 WIB

Trending di Opini