Oleh : Namira Ramadhani
Ledakan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah, memunculkan kekhawatiran terhadap varian Delta virus dari India. Tentu saja varian baru dari Covid-19 harus benar-benar diwaspadai. Masyarakat juga diminta untuk tidak menganggap remeh varian tersebut dengan selalu displin Prokes 5 M.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi melaporkan terdapat 145 kasus variant of concern (VOC) yang diyakini menular lebih cepat hingga memperberat gejala Covid-19 saat ini menyebar di sejumlah daerah di Indonesia.
Hingga 13 Juni 2021, dari total 1.989 sekuens yang diperiksa, telah dideteksi 145 sekuens VOC. Sebanyak 36 kasus B117, lima kasus B1351 dan 104 kasus B1617.2.
Siti Nadia menghimbau kepada seluruh masyarakat serta perangkat daerah untuk terus memperketat penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro demi mencegah penyebarluasan varian baru Corona di masyarakat.
BACA JUGA : Suguhan Data Terbaik untuk Pemilu Serentak 2024
Menurutnya, varian virus baru Corona tersebut menyebar di sejumlah daerah di Indonesia, di antaranya Batam, Medan dan Tanjung Balai.
Sebelumnya, Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, penemuan virus mutasi baru Covid-19 dari Inggris B117 harus diwaspadai. Pasalnya, virus tersebut diyakini lebih menular serta memicu kenaikan kasus Covid-19.
Pandu menuturkan, bahwa yang perlu diperhatikan saat ini adalah upaya pencegahan yang harus diutamakan. Terutama peran surveilans dari Kementerian Kesehatan menjadi paling utama.
Ia juga mengatakan, salah satu hal yang paling ditakutkan dari adanya virus baru B117 ini masuk ke Indonesia adalah kecepatan penularan yang lebih tinggi.
Jika kecepatan penularan tinggi, tentu saja tenaga kesehatan akan kewalahan karena rumah sakit bisa penuh kembali. Jika rumah sakit bisa penuh, tentu saja fasilitas kesehatan tidak akan bisa merawat pasien secara optimal.
Secara tegas pandu mengatakan, supaya masyarakat tidak mengabaikan dan memandang remeh terhadap virus SARS-Cov-2 untuk bermutasi.
BACA JUGA : Airlangga Presiden, Andika Gubernur Banten Menggema
Bahkan Epidemiolog Masdalina Pane menyarankan agar masyarakat menghentikan sementara aktifitas yang tidak perlu. Lonjakan pasien yang terpapar Covid-19 dalam 10 hari terakhir ini memiliki tingkat mutasi yang relatif lebih tinggi dari varian yang heboh di tahun 2020.
Masda mengatakan, virus corona yang berkembang saat ini merupakan varian Delta 1617.2 yang berasal dari India. Jenis ini memiliki mutasi atau penyebaran yang lebih cepat walaupun virulensi atau keganasannya relatif lebih rendah.
Ia menegaskan bahwa varian tersebutlah yang mendorong hampir empat provinsi di pulau Jawa yang kini kembali mendapatkan predikat zona merah. Sementara itu, untuk wilayah Bali, tidak terjadi lonjakan, namun berdasarkan temuan terakhir pada orang meninggal akibat covid-19, ternyata diakibatkan oleh varian B.1351 asal Afrika Selatan.
Bedanya, varian dari Afrika Selatan tersebut, virulensi atau angka kenasannya tinggi, namun tidak menyebar cepat. Sehingga sekali orang terkena varian Afrika dalam waktu 3 hari bisa langsung meninggal.
Kini banyak daerah di pulau Jawa yang menjadi episentrum, seperti Kudus, Bandung dan Jakarta. Meskipun tidak semua daerah dalam satu provinsi yang menunjukkan gejala, namun data satgas covid menunjukkan bahwa secara agregat menunjukkan DKI Jakarta yang mengalami kenaikan hingga mencapai 400%, Depok 305%, Bekasi 500%, Jawa Tengah 898% dan Jawa Barat 104%.
BACA LAGI : Pemerintah Optimis Mampu Atasi Covid-19
Kepala Bidang pengembangan profesi perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) ini mengutarakan bahwa lonjakan covid-19 bukan merupakan dampak dari mudik lebaran. Lonjakan justru terasa kegagalan cegah-tangkal, yang berakibat masuknya varian India dan Afrika ke Indonesia.
Masda juga menyebutkan bahwa lonjakan angka tersebut menunjukkan penularan lokal, Artinya, orang yang terkena covid ini sebagian besar tidak melakukan perjalanan luar negeri, namun berdampak pada daerah biru.
Selain itu, Masda juga turut mengajak masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 3M, Terutama menghindari kerumunan, baik dalam aktifitas sosial masyarakat biasa maupun kegiatan olahraga dalam waktu dekat ini.
Kita tentu perlu belajar dari meledaknya kasus Covid-19 di India, kejadian tersebut disinyalir karena masyarakat di sana semakin abai dalam menerapkan protokol kesehatan. Beberapa bulan terakhir terjadi pesta pernikahan besar-besaran di India. Banyak masyarakat tidak mengenakan masker ketika keluar dari rumah.
Status pandemi belum berakhir, namun virus corona juga bermutasi sehingga memunculkan beragam varian berbahaya bagi imunitas tubuh. Oleh sebab itu, disiplin Prokes menjadi harga yang tidak dapat lagi ditawar masyarakat.
)* Penulis adalah Kontributor Pertiwi Institute