Oleh: Suryana Ependi
Kabupaten Lebak salah satu kabupaten yang masuk pada wilayah administrative Provinsi Banten dan merupakan kabupaten terluas di provinsi Banten dengan luas wilayah 2.746,89 KM2. Sekarang tanggal 2 Desember 2020 merupakan hari ulang tahun Kabupaten Lebak ke 192 tahun berdasarkan diterbitkannya Staatsblad Nomor 81 tahun 1828 bertepatan pada tanggal 2 Desember 1828 diterbitkan oleh pemerintah kolonial Belanda yang membagi wilayah karesidenan Banten menjadi tiga, antara lain Kabupaten Serang, Caringin dan Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak memiliki sejarah amat panjang dan merupakan salah satu kabupaten terpenting di provinsi Banten. Ketika penulis berbicara soal lebak yang pertama kali penulis ingat mengenai novel Max Havelaar, dalam pembukaan novelnya ketika Multatuli pertama kali datang ke Lebak dia berpidato dihadapan para penguasa lokal.
Dengan lantangnya dia berkata “Tapi saya melihat rakyat tuan-tuan miskin, dan itulah yang menggembirakan hati saya. Katakana kepada saya, bukankah si petani miskin? Bukankah padi menguning seringkali untuk memberi makan orang yang tidak menanamnya? Bukankah banyak kekeliruan di negeri tuan” sepenggal pidato Multatuli yang merupakan kalimat sindiran kepada para penguasa local pada saat itu.
Masih bisa kita refleksikan pertanyaan-pertanyaan itu, karena pertanyaan itu masih sangat relevan kita tanyakan saat ini, dimana usia kabupaten lebak yang ke 192 tahun.
Kabupaten Lebak yang merupakan masuk pada wilayah jajahan Belanda dan berada pada kekuasaan pribumi yang feodalistik, menurut Pramoedya feodalisme yaitu seorang penguasa yang menginjakan kakinya ke atas pundak bawahannya buat menaiki kudanya. Melihat sedikit catatan sejarah dengan kondisi saat ini lebak memang unik.
Kabupaten Lebak yang pernah menyandang kabupaten tertinggal berhasil dihentaskan pada tahun 2019 dimasa pimpinan Hj. Iti Octavia Jayaba yang kedua periode dan mampu membawa kabupaten lebak menjadi bukan daerah tertinggal lagi.
Penulis sangat mengapresiasi itu merupakan suatu keberhasilan Bupati, walaupun dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 63,88 persen pada tahun 2019 dan merupakan IPM terendah di Provinsi Banten (Statistik Daerah Kabupaten Lebak tahun 2020).
Kabupaten Lebak salah satu kabupaten yang kaya akan sumber daya alamnya, kita bisa melihat bagaimana dulu kala pernah terjadi penambangan emas yang sangat besar di daerah Kabupaten Lebak yang sering kita sebut penambangan emas Cikotok, untuk kebudayaan ada dengan Baduy, Citorek dan lain-lain, dan Lebak dilengkapi dengan alam yang sangat Indah.
Tapi akhir-akhir ini kita dihebohkan ada seorang ibu yang ditandu ketika mau melahirkan, ada sekolah yang hampir rubuh dan lebak memang unik.
Mungkin masih relevan kita gunakan pertanyaan Multatuli untuk saat ini “bukankah si petani miskin? Bukankah padi menguning seringkali untuk memberi makan orang yang tidak menanamnya?”.
Izinkan penulis untuk menggunakan kata “memperingati” tapi bukan “merayakan” Hari Ulang Tahun Lebak ke 192 tahun karena bagi penulis tidak ada yang patut harus kita rayakan. Tapi harus kita peringati ulang tahun ini. Penulis sedikit berharap dengan peringatan ini menjadikan kita sadar akan sebuah kepentingan dalam pembangunan sumber daya manusia dari moril maupun materilnya.
Mudah-mudahan dengan peringatan ini tidak ada yang disebut oleh Michael Faucolt yaitu Madness Civilitation kegilaan peradaban, dimana Bumi semakin tua, ilmu pengetahuan semakin luas tapi dilengkapi dengan dominasi dan monopoli.
)* Penulis adalah aktivis KUMALA