TIRTAYASA.ID – Pasca lulus dari kampus, biasnya lulusan sarjana berlomba-lomba mencari lowongan pekerjaan yang sesuai kualifikasi dan keinginannya.
Namun, hal itu sering dimanfaatkan oleh oknum nakal dengan membuat lowongan pekerjaan palsu.
Tak tanggung-tanggung juga, para oknum nakal itu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk membuat lowongan pekerjaan berkedok rekrutmen perusahaan.
Lalu, gimana supaya tak tertipu lowongan pekerjaan palsu? sederhananya, lowongan kerja palsu mudah diidentifikasi melalui syarat yang ditawarkan.
Berikut ini 6 tips menghindari lowongan kerja palsu:
1. Perekrut meminta uangBiasanya, lowongan kerja yang resmi tidak memungut biaya apa pun ke para pelamar. Tapi jika ada perusahaan yang membuka lowongan kerja dan meminta uang, sudah bisa dipastikan itu lowongan kerja bodong.
2. Email mencurigakan
Perekrutan yang hanya dilakukan melalui email bisa dicurigai. Pencari kerja harus mencermati isi email lowongan kerja dan alamat email perekrut.
Jika alamat email tidak terkait dengan perusahaan yang membuka lowongan, maka kamu perlu waspada karena bisa saja lowongan itu palsu.
3. Menawarkan posisi/pekerjaan yang terlalu bagus
Kamu jangan mudah tergiur dengan jabatan atau gaji yang ditawarkan. Apabila kamu merasa jabatan dan gaji yang ditawarkan terlalu tinggi dari kualifikasi dirimu, maka perlu berhati-hati.
Kamu juga bisa mengecek kredibilitas alamat dan nomor telepon perusahaan untuk memastikan lowongan kerja tersebut.
4. Tanpa surat lamaran
Meski sekarang era digitalisasi, tapi kamu perlu waspada jika ada perekrut kerja menghubungi dan menawarkan pekerjaan. Sebab, lowongan resmi tentu mewajibkan surat lamaran.
5. Perekrut menanyakan informasi pribadi
Saat melakukan tes interview, kamu bisa menilai perusahaan yang kamu lamar dari pertanyaan perekrut.
Jika ia menanyakan lebih banyak informasi pribadi yang membuat tidak nyaman, jangan berikan.
Sebab, perekrut yang sah hanya tertarik pada hal-hal yang ada di CV pelamar, seperti latar belakang pendidikan, keahlian dan pekerjaan.
6. Cuma ada di media sosial
Pencari kerja perlu ragu-ragu jika perekrut menghubungi hanya melalui media sosial. Perekrut dari perusahaan resmi biasanya berkomunikasi melalui email, telepon atau aplikasi lowongan kerja, platform yang menampilkan identitas mereka yang sebenarnya. (*)