TIRTAYASA.ID – Kepala Perpurnas RI, Muhammad Syarif Bando meresmikan Gedung Perpustakaan Kota Serang, di Kecamatan Serang, Kota Serang, Kamis 8 Desember 2022.
Keberadaan Gedung Perpustakaan Kota Serang dibangun dengan total anggaran Rp12,5 miliar dari APBD Kota Serang Rp2,5 miliar dan APBN Rp10 miliar.
Hadir dalam acara tersebut, Wali Kota Serang Syafrudin, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Kota Serang Tb Urip Henus dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Serang.
Walikota Serang Syafrudin mengucapkan terimakasihnya kepada Presiden Republik Indonesia, Kepala Perpustakaan Nasional RI atas anggaran untuk pembangunan Gedung Perpustakaan Kota Serang.
Dibangunnya Perpustakaan Kota Serang ini bukan hanya untuk Pemerintah Kota Serang semata, namun juga untuk Masyarakat dan anak-anak generasi penerus bangsa Kota Serang maupun luar Kota Serang.
“Perpustakaan ini tentunya bukan hanya untuk Pemerintah Kota Serang saja akan tetapi untuk masyarakat Kota Serang, masyarakat umum, baik pelajar maupun bukan, jangan segan-segan kalau berkunjung ke perpustakaan ini, tidak dipungut bayaran,” ucap Syafrudin.
Syafrudin juga menjelaskan kelurangan yang masih sangat nampak dalam peresmian Perpustakaan Kota Serang ini, dalam waktu dekat akan langsung diselesaikan dan dilengkapi kekurangannya, terutama Buku-buku dan fasilitas penunjang lain.
“Fasilitas yang kurang lengkap InsyaAllah kami akan lengkapi di bulan Januari ini, gedung sudah siap kemudian memang terutama buku,” katanya.
“Adapun untuk fasilitas-fasilitas yang lain sudah lengkap, seperti tempat-tempat baca kemudian juga untuk disabilitas juga kita siapkan termasuk juga buku-bukunya,” tambah Syafrudin.
Kepala Perpustakaan Nasional Kota Serang Muhammad Syarif Bando menyampaikan, perpustakaan merupakan infrastruktur peradaban yang paling fundamental di seluruh dunia.
“Semua perpustakaan di seluruh dunia diwajibkan menyiapkan buku cetak dan digital, kemudian dari buku digital ditingkatkan ke buku elektronik, jadi kalau buku digital itu adalah soft file dari daripada buku yang di elektronikan,” katanya.
Kata dia, berdasarkan standard UNESCO minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahun tetapi di Indonesia satu buku ditunggu 90 orang.
“Kalau untuk daerah kita akan pakai standar rasio UNESCO saja, jadi kalau semisal penduduk yang ada di Banten (Kota Serang-red) mencapai 750 ribu. Maka butuh buku sekitar 2,5 juta setiap tahun,” katanya. (*)